Kondisi Inflasi Indonesia Terkini, Lebih Rendah Dari Perkiraan?
Keadaan inflasi di Indonesia saat ini pun selama Januari sampai dengan September 2022 ini adalah 4,84%. Dari tahun demi tahun pun tingkat inflasi khusus September 2022 pada September tahun 2021 lalu mencapai 5,95%.
Bahkan di tahun 2021 yang lalu pun, inflasi dari IHK (indeks harga konsumen) pun masih saja rendah dan ada pada urutan bawah ada di 3,01%. Inflasi dari IHK tersebut di tahun 2021 sudah dicatat sebanyak 1,87%, itu lebih meningkat daripada di tahun 2020 silam yang inflasinya adalah 1,68%.
Jika memicu dari Badan Pusat Statistik di Indonesia, IHK di tahun 2022 Oktober menghadapi yang namanya deflasi sebesar 0,11%, Itu bisa dibilang lebih rendah daripada inflasi di bulan-bulan sebelumnya yang sudah dicatat sebesar 1,17%.
Selanjutnya, terhadap realisasi dari inflasi yang cukup rendah dibanding dengan prediksi sama seiring dengan dampak menyesuaikan dari harga BBM. Hal itu bisa terjadi inflasi kelompok yakni pangan yang dikenal dengan volatile food, serta dari adanya inflasi kelompok dari harga yang sudah diatur langsung oleh pihak pemerintah yakni dikenal dengan administered prices.
Keadaan Inflasi di Indonesia Saat Ini (dari BPS)
Inflasi di Indonesia terkini lebih rendah dari perkiraan yang ada. Berikut ini adalah beberapa ulasan bagaimana keadaan inflasi di Indonesia saat ini di tahun 2022. Simak yuk!
Inflasi Inti Bulan Oktober Tahun 2022 yang Bisa Dikendalikan 0,16%, Turun Dibanding September 2022 0,30%
Penurunan dari inflasi inti (bulanan) yang diketahui jadi lebih rendah dari prediksi di awal adalah tidak lain karena adanya pengaruh. Hal itu tentu bisa dapat pengaruh dari adanya BBM yang sudah naik, semua jadi terkena dampaknya dan ikut menyesuaikan.
Dari fenomena tersebut lah yang menyebabkan inflasi inti pada bulan Oktober 2022 jadi turun dan juga belum ada tekanan inflasi tekanan yang kuat jika dilihat dari kacamata permintaan. Namun, dalam hitungan tahun, inflasi inti pada bulan Oktober 2022 ini sudah resmi tercatat sebanyak 3,21%.
Untuk selanjutnya, diperkirakan inflasi inti akan tetap dalam kendali selama bersamaan dengan adanya turunnya dampak berkelanjutan dari hal tentang menyesuaikan harga BBM yang sedang naik. Bahkan di saat permintaan yang terus menerus terjadi serta langkah mengendalikan inflasi yang sudah berusaha diupayakan.
Bank Indonesia sendiri sudah memiliki komitmen untuk tidak berekspektasi tinggi mengenai inflasi sekarang atau dikenal dengan overshooting. Selain itu, pihak Bank Indonesia pun juga berusaha untuk memastikan mengenai inflasi inti selanjutnya bisa ada pada target 3,01% lagi dan bisa jadi lebih awal yakni di paruh pertama tahun 2023 mendatang.
Catatan Deflasi 1,62% dari Kelompok Volatile Food Oktober 2022, Lebih Besar Dibanding Dugaan Awal & Deflasi September 2022 0,79%
Sebagaimana yang sudah diketahui berdasarkan catatan dari Kelompok Volatile food pada Oktober 2022, bahwa catatan deflasi sebesar 1,62%. Itu artinya, hasil lebih besar dibanding pada bulan sebelumnya yang memiliki deflasi sebesar 0,79.
Adanya perkembangan itu tentu saja adalah pengaruh dari deflasi berbagai macam cabai, telur, daging ayam. Semua itu tentu saja karena dukungan dari meningkatnya stok bersamaan dengan panen besar, keadaan dari stok telur dan juga daging ayam cukup.
Bahkan langkah dalam mengendalikan harga dari pihak pemerintah, dari pemerintah pusat, kemudian pemerintah daerah, Bank Indonesia, bahkan mitra strategis lain yang dengan TPIP-TPID dan juga GNPIP. Tidak hanya itu pun, komoditas dari beras yang menghadapi inflasi pun bersamaan dengan selesainya masa panen di kebanyakan wilayah sentra. Maka dari itu, inflasi kelompok volatile food itupun jika berdasarkan tahunan, turun dari besar 9,02% di bulan sebelumnya jadi 7,19%.
Turunnya Inflasi Kelompok Administered Prices Pada Oktober 2022 Jadi 0,33% Dibanding Dengan Inflasi Bulan September 2022 6,18%
Turunnya inflasi dari kelompok administered prices pada bulan oktober 2022 memiliki dampak secara nyata dan langsung atau bisa disebut dengan first round effect yang dihasilkan dari BBM yang subsidi sudah mengalami adanya harga yang mulai normal dan tarif dari angkutan udara bersamaan dengan tekanan harga avtur mulai menurun.
Turunnya inflasi jadi lebih berkelanjutan dan terjebak sebab dampak berkelanjutan akibat yang tadi sudah disebutkan, yakni penyesuaian harga dari BBM yang bersubsidi dari angkutan di kota. Tidak itu saja tetapi juga terhadap inflasi dari bahan bakar yang digunakan untuk keperluan rumah tangga bersamaan dengan adanya penyesuaian terhadap harga yang ada di kalangan para pengecer atau grosir.
Jika diamati dari tahunannya, kelompok administered prices tersebut sempat mengalami adanya inflasi yang cukup stabil untuk dikatakan. Itu adalah inflasi yang stabil tentu jika dibanding pada bulan sebelumnya, dengan besaran 13,28%.