Harga Batu Bara Melambung Tinggi, Ini Pengaruhnya Terhadap Negara
Harga batu bara diperkirakan masih akan terus melambung tinggi kedepannya. Hal ini lantaran belum adanya tanda-tanda bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina akan segera berakhir.
Apabila pasokan minyak dan gas alam dari Rusia masih dihentikan, maka permintaan batu bara di pasar global bisa semakin tinggi. Seperti yang telah diketahui bahwa negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu adalah salah satu produsen gas alam dan minyak terbesar di dunia. Bahkan setengah dari penjualan luar negeri Rusia bersumber dari ekspor kedua komoditi tersebut. Rusia pun memasok sekitar 40% gas alam ke sejumlah negara di Eropa.
Tak hanya Uni Eropa yang sudah pasti akan membutuhkan banyak batu bara sejak melakukan embargo terhadap Rusia. Sejumlah negara lainnya terutama yang sedang mengalami musim dingin turut serta dalam meningkatkan permintaan batu bara.
Apa Pengaruhnya Terhadap Indonesia ?
Direktur Center of Economics and Law Studies Bhima Yudhistira menilai kenaikan harga batu bara kali ini akan membawa dampak positif dan negatif bagi Indonesia.
Naiknya harga batu bara di tingkat global ini bisa mendorong pertumbuhan devisa negara. Sehingga berdampak pada penerimaan negara, baik dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor batu bara maupun pajak pertambangan.
Di sisi lain, kenaikan harga batu bara juga berisiko menaikan tarif dasar listrik terutama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini tentu bisa berimbas ke segala sektor apabila terjadi penyesuaian tarif daftar listrik. Karena akan mempengaruhi biaya produksi sejumlah industri yang bergantung pada PLTU seperti industri keramik, pakaian jadi, tekstil, dan alas kaki. Tingkat inflasi dalam negeri pun kemungkinan semakin tinggi.
Tak hanya itu, ada kemungkinan pemerintah melakukan penyesuaian terhadap porsi domestic market obligation (DMO) batu bara. Apabila porsi DMO dinaikkan, maka potensi penjualan ekspor batu bara bisa terdampak.
Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, sebagai negara dengan penjualan ekspor batu bara terbesar maka kenaikan ini berdampak positif bagi negara khususnya industri batu bara di Indonesia. Salah satunya yakni berpotensi meningkatkan penerimaan pajak dari industri batu bara dan juga dari sektor PNBP.
Mamit juga menyinggung soal efek berganda (multiplier effect) yang ditimbulkan dari kenaikan harga batu bara. Menurutnya, beberapa aspek pasti turut merasakan dampak yang cukup signifikan. Hal ini bisa terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil batu bara dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang juga mengalami peningkatan. Sama halnya dengan sejumlah industri pendukung seperti transportasi dan alat berat.
Apabila penghasilan negara yang bersumber dari batu bara meningkat, maka kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan karena negara memiliki anggaran yang cukup. Dan pendapatan juga bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan sektor yang terdampak pandemi maupun membangun infrastruktur di berbagai daerah.
Harga batu bara yang melonjak otomatis akan meningkatkan produksi batu bara. Sehingga bagi daerah yang perekonomiannya bergantung pada sektor tambang, maka peningkatan ini bisa menaikkan pendapatan perkapita dan mendongkrak perekonomian masyarakat di daerah tersebut.
Pergerakan Harga Komoditas Batu Bara
Meskipun akhir tahun 2022 batu bara sempat anjlok di harga USD 281,48 per ton namun pada bulan ini kembali naik menjadi USD 305,21 per ton. Apabila dibandingkan dari awal tahun 2022 lalu, kenaikannya memang sangat signifikan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS Setianto menuturkan, pergerakan harga yang terbilang drastis tersebut sepenuhnya bergantung pada penawaran (supply) dan permintaan (demand).
Menurutnya, dari sisi penawaran (supply), harga batu bara dipengaruhi oleh adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Sementara, permintaan (demand) terhadap batu bara kemungkinan akan tetap ada, khususnya dari beberapa negara yang mengalami musim dingin.
Hingga akhir 2022, permintaan batu bara semakin menunjukkan peningkatan. Menurut Direktur PT. Adaro Energy Indonesia, hal ini juga dipengaruhi salah satunya karena ekonomi yang sudah berangsur pulih setelah dihantam pandemi Covid-19.
Ia mengatakan bahwa hal tersebut juga sangat bergantung pada kebijakan masing-masing negara dalam mencukupi kebutuhan bahan baku industri dan kebutuhan energi.
Dan meskipun terus melonjak, batu bara dianggap sumber daya energi yang harganya masih terjangkau dibandingkan energi lainnya, seperti gas. Sehingga bisa dipastikan bahwa permintaan terhadap batu bara akan tetap meningkat.
Permintaan batubara yang mungkin masih akan tinggi dalam beberapa waktu kedepan, harus didukung oleh semua pihak. Terutama para pelaku industri batu bara, yang mana bisa mulai meningkatkan kapasitas produksi batu bara dan mengembangkannya agar bernilai tambah. Peran pemerintah maupun para investor asing juga turut dibutuhkan dalam upaya tersebut. Sehingga untuk mengembangkan hilirisasi produk batu bara menjadi semakin mudah.