4 Alasan Terjadinya BBM Premium Hilang di Pasaran
Melalui perusahaan BUMN nya Pertamina Pemerintah Indonesia mulai untuk menghilangkan premium sebagai bahan bakar minyak untuk kebutuhan mobilitas masyarakat. Hal ini dilakukan atas dasar berbagai pertimbangan yang membuat Premium atau RON 88 itu tidak lagi diperuntukkan untuk kendaraan, karena ada banyak perhitungan yang harus dilakukan.
Tidak hanya itu saja, jenis bahan bakar Premium sendiri memiliki kualitas rendah dan hanya diperuntukan untuk mesin yang compressionnya yang rendah. Hal tersebut membuat jenis bahan bakar ini tidak begitu lagi diminati oleh masyarakat, karena kebutuhannya di pasaran pun tidak begitu besar dan permintaannya pun sudah sangat sedikit.
Alasan Terjadinya Penghapusan Premium
Ada beberapa penyebab yang membuat bahan bakar Premium dihapuskan, hal ini untuk mendukung beberapa program dan regulasi yang ada. Nah, untuk lebih lengkapnya simak beberapa penjelasannya berikut ini.
1. Kebutuhan Mesin dan Penggunaan
Saat ini beberapa kendaraan baru yang keluar dan digunakan oleh masyarakat luas mulai menggunakan teknologi mesin yang harus ramah lingkungan. Sehingga, penggunaan Premium tidak cocok dan bakal mengganggu kinerja mesin kedepannya. Faktor ini harus benar-benar dipertimbangkan agar tidak berdampak besar kedepannya.
Bahan bakar bensin Premium itu di bawah standar oktan yang hanya berjumlah 88, sedangkan untuk kebutuhan mesin sekarang ini sudah mengharuskan menggunakan bahan bakar oktan minimal 92 keatas. Dengan demikian, penggunaan premium sendiri tidak begitu banyak diminati dan harus menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang ada.
Selain itu juga, RON 88 ini hanya digunakan pada mesin yang compression ratio yang tidak begitu tinggi atau rendah. Dengan demikian, pasar yang ada terkait bensin Premium mulai perlahan dikurangi dan tahun ini akan dihapuskan total.
2. Tidak Ramah Lingkungan
Fokus pemerintah dan aturan dunia sekarang mulai untuk memperhatikan keberlangsungan Bumi dan mulai mengurangi gas buang karbon dioksida yang menyebabkan polutan dan menipisnya atmosfer yang ada. Salah satu tindakannya untuk beralih dan menggunakan teknologi terbarukan untuk bisa mengurangi dampak tersebut.
Apabila ini tidak dipikirkan akan ada dampak panjang dan mempengaruhi kehidupan yang ada dimuka bumi ini, sehingga perlahan harus ada tindakan nyata. Komitmen Pertamina juga untuk menyukseskan program tersebut dengan tidak lagi memproduksi bahan bakar yang oktan rendah dan penuh polusi tersebut, salah satunya penghapusan BBM Premium.
Hal ini juga tercantum dalam aturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menjelaskan pada aturan No. 20 Tahun 2017 untuk menyaratkan untuk kendaraan bermotor itu menggunakan emisi gas buang yang sesuai standar EURO 4. Kondisi ini menjelaskan kalau RON yang digunakan itu minimal 91.
3. Penurunan Harga Minyak Dunia
Beberapa negara mulai menurunkan harga minyak dunia, sehingga berdampak pada produksi yang ada di dalam negeri. Nantinya aspek ini akan membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia tidak begitu mahal, sehingga RON 92 pun dapat dinikmati oleh masyarakat luas dengan harga yang relatif terjangkau dan tidak begitu mahal.
Tidak hanya itu saja, meskipun nanti kedepan harga minyak mengalami kenaikan yang begitu signifikan akan ada perananan subsidi yang tidak begitu besar pengaruhnya. Karena, BBM Premium sudah tidak lagi masuk dalam ranah pemerintah dan mulai resmi dihapuskan, tentunya ini menjadi angin segar untuk Pertamina agar tidak berat lagi kedepannya.
Apalagi di tengah pandemi ini, Pertamina memiliki stok cadangan minyak yang cukup besar. Dalam artian tidak ada penurunan yang begitu besar, karena selama setahun ini aktivitas masyarakat tidak begitu banyak dan kegiatan banyak dilakukan dari rumah saja. Dengan demikian, Pertamina bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi perjalanan bisnis kedepannya.
4. Program Langit Biru
Perusahaan minyak plat merah ini juga berkomitmen untuk mengajak masyarakat Indonesia mulai berpindah dan menggunakan bahan bakar yang memiliki kualitas yang lebih baik. Tentunya dengan menggunakan bahan bakar yang oktan tinggi, minimal ukuran 92. Dengan demikian, Premium bukan lagi fokus utama Pertamina untuk dipasarkan ke masyarakat.
Beberapa wilayah memang sedang mengalami kelangkaan bahan bakar Premium tersebut, sehingga sudah mulai sulit untuk mendapatkannya secara menyeluruh. Bahkan, beberapa SPBU pun sudah menghilangkan bahan bakar Premium dan tidak lagi diperjualbelikan. Hal ini perlahan untuk menyukseskan program langit biru itu.
Sebenarnya ini perlahan mengubah mindset masyarakat dan mulai bersama-sama untuk memperdulikan lingkungan alam yang ada. Dengan demikian, masyarakat juga turut membantu agar bumi yang kita huni ini tidak mengalami dampak pemanasan global akibat polusi udara akibat kendaraan bermotor, sehingga program tersebut harus dapat disukseskan bersama.
Itulah beberapa alasan yang bisa Anda ketahui terkait penghapusan bahan bakar Premium tersebut. Selain itu juga, apabila Anda telah melakukan transisi ke bahan bakar yang lebih baik perlahan akan membantu untuk membuat dunia akan terhindar dari pemanasan global.